Disclaimer:
Informasi yang saya tulis di artikel ini berdasarkan hasil berbincang dengan para penyelenggara pelatihan, masyarat desa setempat dan para guide yang menemani selama berkunjung.
Alhamdulillah, betapa beruntungnya saya mendapatkan kesempatan diajak untuk mengunjungi Kampung Adat Gebong Memarong di Desa Air Abik, Kabupaten Bangka, di Provinsi Bangka Belitung. Lokasi ini memakan waktu berkendara sekitar 1,5-2 jam atau sekitar 80 km dari ibukota Provinsi Pulau Bangka di Pangkalpinang.
Kunjungan ke Desa ini sungguh menarik karena kita akan bertemu salah satu suku asli di Pulau Bangka, yaitu Suku Lom.
Jadi rumah disini merupakan replika. Menurut sejarah, hasil mengobrol dengan guide dan masyarakat, sekitar tahun 1970-an suku Lom yang bermukim di dalam hutan sebagian keluar karena mau dibangun perkebunan sawit. Sebagian masyarakat yang keluar ini yang mendiami kampung di sekitar area sini dan sebagian kecil lainnya tetap bertahan di tanah leluhur.
suasana malam hari
Kampung Adat Gebong Memarong adalah kumpulan rumah-rumah adat yang disatukan menjadi satu kompleks atau satu desa. Bangunan ini dibangun menggunakan kayu dari hutan dan tanpa paku, jadi dikaitkan satu persatu partisinya menggunakan rotan.
Kampung adat ini awalnya merupakan program CSR Kebudayaan dari PT Timah Tbk. Infonya sudah dibangun dari tahun 2022 namun karena berbagai kendala baru mulai open to public sekitar tahun 2024. Saat ini sedang dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata di Bangka maka penduduk setempat dibekali pelatihan SDM oleh Kementerian Tenaga Kerja melalui BPVP Belitung.
Untuk sampai di lokasi ini dari jalan raya menempuh perjalanan sekitar 8 km, yang mudah ditemui oleh plang petunjuk di jalan raya, lokasi belokannya ke arah kanan (dari arah Pangkal Pinang) antara jalan raya ke Pantai Tuing dan daerah Belinyu.
Dari jalan raya kita akan melalui hutan sawit sampai menemukan masjid lalu perkampungan warga kemudian di sebelah kanan akan menemukan petunjuk lokasi seperti ini yang menandakan kita sudah sampai di lokasi.
Ketika sampai disana saya ditemani oleh penduduk lokal di sini yang sudah mendapatkan pelatihan menjadi guide ketika ada tourist yang berkunjung kali ini saya ditemani Kakak Riatun, Wulan dan Devi.
Kemudian saya diajak keliling desa oleh para gadis guide ini sambil dijelaskan nilai sejarahnya.
Oh ya disini terdiri dari 7 bangunan yaitu:
- 1 bangunan besar seperti aula untuk balai pertemuan
- 1 gallery untuk menjual aneka kerajinan tangan
Wajib banget buat masuk kesini, souvenir yang di jual berupa tas, perkakas dapur hingga sajadah yang dijual dengan harga yang cukup murah, jangan lupa siapkan uang cash yah :)
ada juga jual miniatur rumah dengan harga sekitar Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000,
miniatur ini persis seperti bangunan aslinya, bahkan pintu dan jendelanya dapat dibuka tutup.
- 1 museum untuk menyimpan barang peninggalan dan pusaka
- 4 rumah replika
Rumah ini yang dapat disewa untuk menginap untuk harga masih belum rilis namun aku dapat bocoran sekitaran di bawah Rp 500.000 per malam. Bangunan ini sudah dilengkapi dengan tempat tidur dan tentunya kamar mandi yang nyaman.
Uniknya di dalam rumah ini ada "mini dapur" yang dapat dipakai untuk memasak (kalau mau ya haha..)
Cerita dari kakak-kakak guide ini, bangunan disini ada 2 jenis yaitu rumah bapak dan rumah ibu.
Jika dilihat dari foto diatas, sebelah kiri ini merupakan rumah bapak (bangunan gallery) yang biasanya untuk yang belum menikah sehingga design tampak terlihat lebih simpel. Sedangkan yang kanan merupakan rumah ibu (bangunan museum), yang ditujukan untuk yang sudah berkeluarga dan terlihat dari interiornya jika masuk rumah ibu memang ada lebih banyak space untuk menyimpan perabotan di setiap sisi bagian dalam rumah dan bagian atas (langit-langit bangunan).
Rumah yang dapat disewa menggunakan bangunan rumah ibu.
Interior dalamnya lapang seperti ini.
MCK bagaimana?
Tenang toilet aman, bersih dan tentunya sangat nyaman dilengkapi shower yang berada di belakang rumah, satu rumah satu toilet :)
Mau makan gimana?
makanan jangan khawatir juga, di depan pintu gerbang ada warung yang buka hingga sore dan menyediakan aneka cemilan dan makanan khas desa setempat.
Dan tentunya acara kemarin kami disuguhkan camilan dan makanan khas masyarakat sini tentunya ada ikan lempah kuning khas Bangka, wah terima kasih banyak, makanannya enak, Alhamdulillah :)
Menurutku tempat disini cocok untuk beneran healing untuk warga ibukota yang sudah penat dengan keramaian, disini ga ada sinyal namun disini sudah ada free wifi (teteplah bisa kerja buka laptop dikit-dikit). Dan ada layanan adds-on lainnya di luar penginapan, seperti atraksi pencak silat, tarian campak, menanam padi atau meladang, main ke air terjun (cukup jauh dari lokasi) dan aktifitas lainnya yang seiring berjalannya waktu dapat bertambah atau dapat ditanyakan langsung dengan guide-nya.
Akhir kata, semoga wisata disini semakin meningkat dan harapannnya kualitas hidup masyarakat disini dapat menjadi lebih baik, kalau kalian ingin berkunjung atau menginap di sini boleh kontak saya by email maupun sosial media nanti akan saya infokan ke team terkait. Terima kasih :)
0 comments:
Posting Komentar